Angkat tema “tindihan”, horor ‘Mara’ gagal mencekam (Review film)

Pernah tidak mencegah orang lain tidur sementara kamunya sendiri mengantuk?

Kalau iya, kira-kira itulah yang akan kamu rasakan ketika menonton film horor ‘Mara’.

Film yang merupakan debut Clive Toge sebagai sutradara mengambil tema tentang sleep paralysis atau “tindihan”.

Fenomena ini kemudian dikaitkan dengan keberadaan iblis bernama Mara. Menurut legenda, Mara kerap membunuh korbannya saat tertidur, menindih mereka hingga tak berdaya.

Menarik bagaimana para calon korbannya diceritakan menahan diri supaya tidak ketiduran dan dibunuh oleh sosok Mara.

Dibintangi oleh Olga Kurylenko, ‘Mara’ sebenarnya punya tema yang seharusnya bisa jadi tontonan yang menyenangkan.

Ketidakberdayaan para karakternya saat ketindihan juga memberikan kengerian baru yang jarang kita dapatkan di film-film horor lainnya.

Sayangnya, naskah yang lemah membuat film ini jadi kurang maksimal. Meskipun akting Olga sebagai seorang psikolog kriminal, Kate Fuller terasa prima, namun lemahnya cerita membuat hal itu terasa sedikit mubazir.

Beruntung, adegan ketindihannya lumayan tervisualisaikan dengan baik. Meskipun lama-lama jadi terasa tak terlalu efektif karena adanya sedikit kemiripan dengan adegan sebelumnya.

Pada akhirnya, ‘Mara’ berhasil memberikan warna baru meski tak dalam bentuk yang maksimal.

Sayang sekali saat kita harusnya deg-degan berharap tokoh-tokoh di film ini tidak ketiduran dan mati, kita-nya sendiri justru malah terancam ikut ketiduran.

Batok.co: Berita musik dan gaya hidup terkini.