Briliannya Luna Maya dalam film yang tak sempurna (Review ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’)

Kemampuan Luna Maya menghidupkan kembali sosok legendaris dalam film remake rasanya lebih baik dari seniman akting lainnya di Indonesia sejauh ini.

Sejak awal film ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’, kita dibikin salut sama kerja keras sang aktris memperlihatkan ekspresi wajah di balik kaku dan tebalnya make up prostetik.

Bisa dibilang, kita dibuat lupa sejenak kalau sosok horor itu adalah Luna Maya, bukan Suzzanna.

Hal ini lumayan sukses menutup mulut orang yang masih meragukan kemampuan berakting Luna Maya.

‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’ mengisahkan pasangan suami istri bernama Satria (Herjunot Ali) dan Suzzanna (Luna Maya) yang berbahagia karena akan mendapatkan anak.

Nahas, ketika sang suami pergi ke Jepang, rumah mereka disatroni perampok. Suzzanna dan janin yang dikandungnya pun tewas dikubur hidup-hidup.

Akhirnya, Suzanna pun menjelma menjadi Sundel Bolong.

Secara keseluruhan film, sisi komedi khas film-film Suzzanna terdahulu lumayan tersajikan dengan baik dan mampu menutupi kelemahan naskah.

Sayangnya, sebagai film horor, atmosfer kengeriannya justru kurang begitu terasa. Drama percintaan Suzzanna dengan Satria justru terasa mendapat porsi yang lebih besar.

Untungnya, ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’ memiliki penutup yang lumayan memuaskan. Penggambaran Suzzanna, serta adegan gore jadi formula yang kuat untuk membuat film ini jadi memorable.

Tidak sempurna, tapi patut dihargai.

Batok.co: Berita musik dan gaya hidup terkini.