Remaja tunagrahita meninggal dalam kebakaran karena ia terkunci di dalam kamarnya

Kematian tragis terjadi di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pagi ini. Seorang remaja 17 tahun berinisial AP tewas terbakar, yang disebabkan oleh korsleting yang membakar rumahnya dan tiga orang lainnya di Jalan Penjernihan.

AP ditemukan tewas di kamarnya di lantai dua oleh petugas pemadam kebakaran. Kepala Seksi Operasional Pemadam Kebakaran di Jakarta Pusat, Muchtar Zakaria, mengatakan kalau korban tewas karena terkunci di kamar.

“Dia sengaja dikunci karena menderita keterbelakangan mental dan sering keluar rumah,” tegas Kompol Mustakim dikutip dari Poskotanews.

Menurut Mustakin, AP lagi tidur siang di kamarnya ketika ditinggal sang ayah buat jemput istrinya di Pasar Benhil. Sementara itu, kakek dan nenek AP lagi ada di bawah.

Kakek AP, H. Dadang, segera menyadari kalau bau asap berasal dari lantai atas sebelum dia lihat kalau rumahnya kebakaran. Dia berusaha menyelamatkan AP tapi gagal karena api sudah menjalar. Warga lainnya juga menarik Dadang dari kebakaran sebelum dia jadi korban.

Gak lama kemudian, 18 mobil pemadam kebakaran datang  dan segera memadamkan api. Setelah api padam, mereka memasuki rumah dan menemukan jasad AP.

Tetangga di lokasi juga mengatakan ke Poskotanews kalau ayah AP memang biasanya mengawasi anaknya dengan ketat karena AP sering lari dari rumah dan kabur di jalanan Jakarta. Itulah sebabnya ia mengunci AP di dalam kamar ketika ditinggal sendirian.

Meskipun pada kasus ini AP gak biasanya dikunci di kamar, banyak tunagrahita di Indonesia yang kadang dikunciin atau dirantai selama bertahun-tahun, karena keluarga atau orang tuanya merasa gak ada cara lain buat merawat mereka.