Kebebasan pers di Indonesia ada di posisi 130 dari 180 negara di dunia: Reporters Without Borders

Semenjak tahun 2006, NGO internasional Reporters Without Borders (RSF) mendata tingkat kebebasan pers di 180 negara di dunia setiap tahunnya. Dan tahun ini, peringkat kita naik dibanding tahun lalu!

…Tapi sayangnya kita masih di peringkat 130. Minimal lebih baik 8 posisi dari tahun 2015 lah.

RSF menilai kebebasan pers berdasarkan kriteria seperti: pluralisme, independensi media, self-censorship, kebijakan pemerintah, transparansi, infrastruktur, dan juga kasus kekerasan yang terjadi.

Menurut analisa RSF, kekecewaan terhadap kebebasan pers di Indonesia memang masih kerasa. Khususnya di daerah Papua Barat di mana akses untuk meliput ke sana masih diskriminatif, dan masih banyak juga praktek suap kepada wartawan lokal.

“Masalahnya itu ada pada peraturan soal visa yang masih mendiskriminasi para wartawan asing. Selain itu, banyak juga jurnalis dengan gaji rendah menerima uang untuk membuat berita-berita yang positif,” seperti yang tertulis dalam laporan RSF.

Kami sih juga mau nambah kalau rasanya dalam satu tahun terakhir pemerintah dan aparat semakin mengatur kebebasan di Indonesia. Contohnya ada di penindakan kepolisian terhadap “hate speech” yang definisinya ambigu dan dikhawatirkan bisa mengkriminalisasi orang yang ada kritikan terhadap yang berkuasa. Selain itu, pemerintah kita pun bahkan menyensor hal kecil seperti sticker LGBT di aplikasi chatting.

Dan gak usah mengakui keterlibatannya, pemerintah kita pun masih gencar untuk menghentikan diskusi soal kelamnya masa lalu kita, terutama tentang pembantaian komunis tahun 1965.

Memang sih sepertinya perjalanan Indonesia masih jauh demi mempunyai kebebasan pers yang layak. Kita sebaiknya sebagai bangsa bikin target peningkatan kebebasan pers biar lebih mirip seperti Finlandia (urutan 1) daripada mundur seperti Korea Utara (179) dan Eritrea (180).