4 Hal yang Dipercaya Bisa Datangkan Hujan di Indonesia

February 27, 2018
38509 Views

Sekarang-sekarang, kayaknya lebih banyak orang yang rindukan hujan ketimbang rindukan mantan (iya lah ngapain juga). Musim kemarau tahun ini memang terasa begitu panjang, apalagi ditambah dengan adanya kabut asap paling parah sepanjang sejarah di berbagai daerah di Indonesia.

Beberapa hal dipercaya bisa datangkan hujan. Ada yang gak masuk akal, ada juga yang scientific. Ada yang pernah gagal, ada juga yang pernah berhasil dalam berbagai kesempatan.
Berikut adalah empat hal yang dipercaya sebagai pengundang hujan di Indonesia:
 

Ritual berantem di berbagai daerah

Serius. Ritual Ojung di Bondowoso, Unjungan di Banjarnegara, Tiban di Tulungagung hingga Gebug Ende di Bali, semuanya melibatkan acara ‘pertarungan’ antara dua orang lelaki dalam balutan busana adat, diiringi doa-doa ritual pada nenek moyang dan musik-nyanyian khusus. Rada barbar tapi keren sih kayaknya.

Ini mungkin ada hubungannya dengan kepercayaan di masa lalu yang menganggap dewa membutuhkan semacam hadiah sebelum mewujudkan keinginan. Dalam hal ini darah. Sangat-Apocalypto-sekali kan. Masyarakat percaya hujan akan turun saat darah mengalir dari para luka peduel yang biasanya bersenjatakan rotan dan cambuk.

Zaman dulu, ritual dilakukan di ujung kemarau kala kebun-kebun petani mulai kering. Konon gak lama kemudian pastilah musim hujan datang.

Apa daya, dewa-dewa dan roh nenek moyang tampaknya belum bisa mengalahkan global warming.
 

Pawang hujan

Pawang hujan di Indonesia lebih sering dapat job “memindahkan” hujan kalau ada hajatan ketimbang memanggil hujan.

Pawang hujan terkenal di kalangan event organizer apalagi buat acara-acara outdoor. Uh, wajib banget sedia pawang sebelum hujan. Ilmu yang konon merupakan ‘turunan’ dipadu dengan benda unik seperti sate bawang dan rawit, dipercaya mampu menghalau awan supaya gak bocor di suatu tempat.

Tapi harusnya sih bisa dong ya ilmunya dipakai untuk mengarahkan hujan ke lokasi tertentu. Ide inilah yang juga sempat digunakan oleh pihak pemerintah lokal dalam mengatasi kebakaran hutan.

“Pawang hujan atau dukun hujan juga kita pakai. Artinya segala macam cara kita gunakan,” Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan, Ahmad Taufik menjelaskan pada Merdeka.

Sayangnya, upaya menggandeng pawang belum mampu juga menghadapi masalah kebakaran dan asap di Indonesia. Mungkin karena musim kemarau begini, awan-awan juga pada ‘kering’, sehingga walaupun pawang berhasil kumpulkan awan, tetap saja belum bisa terjadi hujan.

Harusnya cari pawang dari Amazon, berambut putih dan jago buat badai…


 

Salat khusus peminta hujan

Masyarakat pemeluk agama Islam tentu gak asing dengan Istisqa. Salat dan doa bersama-sama memohon hujan ini kerap dilakukan di tengah kemarau panjang. Kabarnya sih pernah dilakukan (dan sukses!) di tengah gurun pasir sekalipun.

Salat ini Minggu kemarin sempat dilaksanakan oleh warga Bandung, sekalian mengumpulkan dana kemanusiaan bagi para korban bencana asap.

“Mudah-mudahan hujan segera turun, dan musibah bencana asap di Jambi dan sekitarnya dapat berhenti. Sehingga warga yang terkena dampaknya dapat beraktifitas kembali dengan normal,” penggagas acara salat Istisqa, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, mengungkapkan harapannya pada Viva.

Apapun yang terjadi di bumi kan memang kehendak Tuhan. Beribadah dan berdoa menjadi salah satu usaha, tapi semoga bukan jadi satu-satunya ya.
 

Baskom isi air garam

Ini cerita yang lebih modern. Upaya menghasilkan hujan dengan menabur garam di awan konon menginspirasi Walikota Jambi untuk mengimbau para siswa SD menaruh sebaskom air garam di halaman demi menurunkan hujan.

Jadi teori dari Syarif Fasha adalah meniru cara penebaran garam di cumulus oleh tim rekayasa cuaca. Garam yang bersifat menyatukan butiran air di awan, dicampur dengan perak iodida yang menyerap air bekerja sama membuat awan semakin berat dan akhirnya menggelontorkan hujan. Prosedur ini biasa dilakukan dengan pesawat dan berbiaya besar, hingga US$ 3.000 per hari.

Biar murah, ia berpikir untuk ‘mentransfer’ garam dari tanah.
“Bayangkan jika ada 80 ribu siswa kita di Kota Jambi dan mereka semua membawa baskom garam. Kita harapkan semoga akan menciptakan hujan,” ungkapnya, seperti dikutip dari Mongabay.

Ide aneh (dan gak masuk akal sih sejujurnya) yang ditentang banyak ahli. Tapi mungkin ada beberapa dari kita yang menjemur baskom isi air garam di halaman? Kalau iya, erm… gak papa juga. Toh ada niat dan usaha walaupun gak jelas.
 

Bonus: bakar hutan demi datangkan hujan

Kita akan kasih bonus ritual paling WTF, yakni membakar gunung secara sengaja demi mendatangkan hujan. Betulan lho ini. Sebuah bukit kecil yang dinamai Gunung Singa di kawasan Kabupaten Bandung adalah korban dari mitos menyesatkan ini.

“Jadi kalau di Gunung Singa ini ada kepercayaan sebagian masyarakat di sana, kalau Gunung Singa dibakar itu akan hujan,” Marlan, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung, mengungkapkan pada PRFM.

Nah biasanya, kalau Gunung Singa terbakar, apinya menjalar ke mana-mana. Yang paling sering adalah bukit sebelahnya, yaitu Gunung Awu.

Ini sih judulnya gali lubang tutup lubang. Kalau hujannya betulan datang pun, malah nambah kebakaran.

Ritual ngaco ini terakhir diberitakan terjadi tahun 2015. Semoga ga dilestarikan warga setempat deh.
Nah jadi mana yang sudah kita lakukan demi mendatangkan hujan di kemarau yang seolah tak berkesudahan ini?

Share your thoughts

You may be interested

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian
Viral
0 shares26173 views
Viral
0 shares26173 views

Kreator Spongebob meninggal, netizen Indonesia bikin meme pengajian

Batok.co - Nov 30, 2018

Selamat jalan Stephen Hillenburg.

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)
Viral
0 shares7180 views
Viral
0 shares7180 views

Nyebrangin papan, motornya selamat orangnya nyebur (video)

Batok.co - Nov 29, 2018

“Ngapa lu loncat lontong!”