‘Diorama Kakofoni’ dari Tanpa Nada adalah album rock eksperimental membingungkan tapi keren (Review)

Sudah pernah dengar Tanpa Nada? Band cadas asal Semarang ini memiliki lebih dari 15 ribu fans di Facebook. Jangan malu kalau baru tahu, tak ada kata terlambat untuk sesuatu yang bagus bukan?

Setelah malang melintang selama tujuh tahun dengan lima singles, akhirnya Tanpa Nada merampungkan album penuhnya berjudul ‘Diorama Kakofoni’ akhir 2017 lalu dengan delapan lagu yang kamu bisa dengarkan rilisan digitalnya.

“Dengan album ini kami berharap karya kami dapat diterima dengan pendengar bisa ikut merasakan kegelisahan yang ada pada tiap bait lirik dan sentuhan musik, hingga bisa bergerak melakukan yang sudah seharusnya dilakukan supaya tidak muncul tanda tanya,” ungkap mereka dikutip dari Never Stop Records.

Kami mencoba mendengarkannya dengan seksama. Meski band ini bernama “Tanpa Nada”, musik mereka justru sebaliknya: kaya akan warna.

Dari narasi puisi, alat musik etnik macam kendang dan suling, tembang Bahasa Jawa, sampai distorsi gitar hard rock modern lengkap dengan growl-nya, teracik apik dalam ‘Diorama Kakofoni’ yang banyak mengkritik degradasi seni dan kebusukan politik.

“Deretan film bernuansa pembelaan kaum duafa itu menurut saya setan!” bunyi puisi di satu track.

Mendengarkan track by track sejujurnya agak sedikit membingungkan. Sound dan gaya musik yang biasanya tidak bersatu dalam satu rekaman dicemplungkan begitu saja tanpa peringatan oleh Tanpa Nada.

Mirip jumpscare pada film horor, mood kamu akan dibuat naik turun seperti roller coaster. Tapi ini lah yang membuatnya keren.

Sulit? Bayangkan saja Sujiwo Tejo, Burgerkill, Saosin, dan Ki Manteb Soedharsono satu panggung ngejam bareng.

Selama kamu tidak kelewat abai dengan seni, ‘Diorama Kakofoni’ adalah hiburan yang menyenangkan meski bagi telinga awam.

Baca juga:

Batok.co: Ragam cerita seru dari duniamu. Terkini dan terabsurd dari seluruh penjuru planet.